Karena situasi yang terhindarkan, kadang kita dibawa Tuhan kedalam suatu tugas pelayanan yang selama ini kita coba hindari.... Memang my wife and I sudah melayani Tuhan cukup lama bahkan sejak kami dulu kuliah di ITB Bandung. Tapi to tell the truth, menjadi seorang gembala, pastor dari sebuah gereja, it is something else. Sudah sebulan lebih sejak gembala rayon kami mengangkat kami menggembalakan GBI Cikini dan sampai sekarang ini masih dalam learning period yang sangat intensif. Tapi banyak juga surprise2 yang yang Tuhan berikan. Hanya dalam beberapa minggu ini, kita sudah melayani ibadah penguburan / penghiburan sebanyak dua kali untuk anggota keluarga dari jemaat di Cikini. Termasuk satu pelayanan komplit sampai penguburan di hari ulang tahun si gembala itu. So I guess it was a quite different birthday present for me :-) he he he
So what's like to be a pastor? Well, ini bukan hanya soal berkotbah di hari minggu ternyata. Tapi bagaimana memimpin rekan-rekan pengerja untuk bersama-sama mencapai visi yang Tuhan berikan. Soal mengatur keuangan dan kalau perlu fund-raising untuk proyek-proyek yang kita miliki. Soal mengatur full-timers agar lebih efektif dalam bekerja. Mengatur diakonia. Memilih pengkotbah. Spend time dengan rekan-rekan pelayanan. Konseling. Rapat pengurus. Menyusun strategi pelayanan. dan lain lain yang belum kepikir :-) ... oh ya yang paling penting Tuhan bilang, lebih banyak berdoa secara pribadi! Kalau pemimpin kurang doa, jangan harap pengerjanya akan berdoa.... :-)
By the way, I was thinking,... aduh enaknya ya kalau bisa mengajak lebih banyak lagi kaum profesional, karyawan untuk melayani bersama di Cikini. Memang enak bisa melayani dengan kaum muda dan orang-orang tua tapi anak-anak Tuhan yang bekerja itu lebih mobile dan resourceful untuk mengembangkan pelayanan. Karena saya juga masih bekerja (anyway it is common di GBI untuk menggembalakan jemaat sambil tetap bekerja sekuler), tent-making kata sebagaian orang, maka ngobrol dan pelayanan bersama dengan mereka yang juga aktif dalam pekerjaan, lebih nyambung dan efektif.
Betapa enaknya kalau teman-teman lama yang dulu pernah pelayanan bareng bisa melayani bersama kembali di Cikini. OK it is my dream. Boleh dong punya kerinduan seperti itu.....
Friends, with this kind of posting, I try to bear my soul to you. Semoga bisa menjadi berkat dan membuat kita lebih saling mengenal.
All blessings,
Binsar
ps: itu foto diatas bukan fotoku lho. hanya untuk ilustrasi aja :-)
what is it like to be a pastor?
Posted by
me
Monday, January 7, 2008
Labels: curhat
7 comments:
Gembalakanlah domba-dombaKu
1. Sebagai orang percaya, kita tahu tidak ada yang kebetulan dalam hidup kita. Semua sudah dirancangnya ketika kita masih dikandungan – Mazmur 139 – bahkan sebelum dunia dijadikan – Efesus 1:4,5
2. Tidak ada pemerintahan yang tidak berasal dari Allah – kata Paulus di Roma 13:1. Jadi, gereja di mana kita berbakti selama ini, juga ditetapkan oleh Tuhan.
3. Barangsiapa setia dalam perkara kecil, akan dipercayakan perkara besar – Lukas 16:10. Ada proses yang membutuhkan waktu sebelum seseorang dipercayakan untuk perkara-perkara yang besar.
4. Pekerjaan penggembalaan merupakan pekerjaan yang mulia, tidak semua orang bisa dipercayakan untuk posisi itu. I Timotius 3:1-7
5. Seringkali apa yang Tuhan rancangkan tidak segera jadi karena ada kehendak bebas manusia. Yang kerap terjadi, kita tawar-menawar dengan Tuhan, padahal kalau kita belajar merelakan diri kita untuk “dipaksa” oleh Tuhan, kita akan melihat langkah-langkah hidup kita ditetapkan oleh Dia sehingga kalaupun sampai jatuh, tidak pernah sampai tergeletak sebab Tuhan menopang tangan kita – Mazmur 37:23,24
6. Ada kejadian menarik di Alkitab ketika seseorang “dipaksa” untuk ikut Tuhan. Orang itu adalah Simon dari Kirene. Matius 27:32, Markus 15:21, Lukas 23:26 mencatat hal itu.
7. Coba bayangkan, seandainya kita yang jadi Simon Kirene. Kita baru datang dari luar kota, tidak tahu apa-apa, tiba-tiba dipaksa untuk memikul salib Yesus. Mungkin kita marah, jengkel, kesal, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Kita merasa bukan tugas & tanggung jawab kita. Kita merasa bukan salah kita, tetapi kita dipaksa memikul salib Yesus. Selama kita berjalan memikul salib tsb, kita jengkel, kesal dan penasaran, “Siapa sih Yesus ini, … kok jadi saya yang harus pikul salibNya? Saya kan tidak tahu apa-apa, bukan kesalahan saya, …. Kenapa orang lain yang salah tapi saya yang harus menanggung akibatnya?”
8. Selama perjalanan itu, kita akhirnya mendapat cukup banyak informasi sehingga ketika Yesus disalibkan, kita terus di situ menantikan akhir cerita. Lalu kita melihat Yesus sekarat di kayu salib. Kita mendengar tujuh perkataan terakhir yang Ia ucapkan. Lalu Ia meninggal, ada gempa, ada kegelapan, ada kubur-kubur yang terbuka dan orang-orang yang bangkit, ada tirai Bait Suci yang terbelah dua. Kita melihat kepala pasukan dan para prajurit ketakutan dan mereka mengakui bahwa Yesus yang baru disalibkan itu adalah Anak Allah.
9. Tiba-tiba kita sadar, rupanya selama ini kita memikul salib Anak Allah. Kita diberi kehormatan untuk memikul salibNya. Ternyata itu sebuah anugerah, sebuah kepercayaan, sebuah hak istimewa. Lalu kita mencari tahu lebih banyak lagi….. akhirnya kita tahu bahwa Yesus menyuruh murid-muridNya menunggu datangnya Roh Kudus.
10. Ketika tiba hari Pentakosta, Roh Kudus dicurahkan, lalu kita – sebagai Simon Kirene - mendengar para murid berkata-kata dengan bahasa-bahasa lain, dan…. Ternyata ada bahasa kita….. ada bahasa orang Kirene…. – Kisah 2:10. Dapat disimpulkan bahwa Simon Kirene hadir di tempat itu dan menerima Yesus sebagai Juruselamat, dibaptis dan kemudian pulang ke rumah membawa berita sukacita.
11. Bertahun-tahun kemudian, Markus 15:21 mencatat dua anak Simon dari Kirene, yaitu Aleksander dan Rufus, sebagai orang yang sangat dkenal dalam pelayanan gereja mula-mula. Barangkali mereka pemain musik atau worship leader atau ketua cool atau gembala ranting atau gembala cabang atau gembala rayon. Markus perlu menyebut kedua nama itu untuk menjelaskan siapa Simon Kirene itu. Artinya,…. Anak-anak Simon menjadi orang-orang yang sangat dikenal dalam pelayanan karena ayahnya dulu “dipaksa” untuk memikul saib Yesus.
12. Rasul Paulus bahkan menyebut Rufus sebagai orang pilihan di dalam Tuhan – Roma 16:13.
13. Rasul Paulus, yang menulis sebagian besar Perjanjian Baru (13 kitab + kitab Ibrani menurut anggapan sebagian orang), juga menganggap isteri Simon Kirene sebagai ibu bagi dirinya. Suatu penghargaan yang luar biasa bagi seseorang yang suaminya – sekian tahun yang lalu – pernah “dipaksa” untuk memikul salib Yesus.
14. Apa yang “tiba-tiba ditimpakan kepada kita” hari ini, bisa berarti berkat tersembunyi yang membutuhkan waktu untuk disingkapkan. Tidak ada yang kebetulan dalam hidup kita.
Selamat melayani sebagai gembala! Biarlah perkataan Yesus kepada Simon di Yohanes 21 menjadi rhema dalam hidup kita, “Apakah engkau mengasihi Aku? Gembalakanlah domba-dombaKu!”
thanks Cob, youre a great man.
I am The Minister!
Trima kasih untuk comment-nya Pak. Saya kirim gambar yang cocok buat The New Pastor. Hehe..cuma bercanda.
Saya tunggu cerita pengalamannya sebagai gembala.
GBU
God bless u...
RX Pharmacy Online. Order Generic Medication In own Pharmacy. Buy Pills Central.
[url=http://buypillscentral.com/buy-generic-cialis-online.html]Order Discount Viagra, Cialis, Levitra, Tamiflu[/url]. prescription generic drugs. Top quality drugs pharmacy
Today it's more difficult to group separate medical companies buy Cialis now, especially those who the moment their meds online.
It will be last drop.
Post a Comment